Suara riuh
terdengar dari sebuah musala di kompleks Yayasan Roudhout Tholibin di
Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, Selasa (20/5/2014). Rupanya
mereka tengah mendengarkan pengarahan dari Kepala Madrasah Aliyah
Islamiyah (MAI) Balen sebelum pengumuman kelulusan disampaikan.
Meskipun belum diumumkan secara resmi, namun pihak sekolah sudah
menyampaikan siapa siswa-siswa yang mendapatkan nilai terbaik
se-Kabupaten Bojonegoro. Suara pun semakin riuh saat nama salah satu
teman mereka disebutkan menjadi salah satu siswa berprestasi berdasarkan
hasil UN. Dia adalah M. Irfansyah.
Siswa kelas XII IPA ini berhasil mendapatkan nilai terbaik di sekolah
tersebut dan termasuk tiga siswa dengan nilai terbaik se-Kabupaten
Bojonegoro dengan nilai 51,70.
Irfan ini tidaklah berangkat dari keluarga mampu. Ayahnya, Sukeni (50)
setiap hari berjualan es krim keliling. Sedangkan ibunya, Musrifah (41)
hanyalah seorang buruh tani. Namun, itu semua tak lantas membuat anak
kedua dari tiga bersaudara ini minder dan patah semangat. Justru dengan
kondisi tersebut membuatnya bertekad untuk memberikan yang terbaik
kepada kedua orang tuanya.
"Saya ingin membuat orang tua saya bangga," kata Irfan.
Ia sempat terkejut dan tidak menyangka dengan hasil yang ia dapatkan
dari hasil UN ini. Senang sekaligus bangga mendengar kabar yang
menyebutkan jika dirinya menjadi siswa terbaik kedua jurusan IPA tingkat
MA se-Kabupaten Bojonegoro.
"Saya sama sekali tidak menyangka bisa mendapat nilai terbaik," ujarnya.
Meski bukan dari keluarga kaya, dia tidak pernah merasa malu dengan
kondisi ekonomi yang dirasa pas-pasan. Bahkan, tak jarang ia juga
membantu orang tuanya membuat kerajinan dari pelepah pisang (mluntu).
Sebelum ayahnya berangkat berjualan, ia juga kerap kali membantu menata
dagangan ayahnya.
Sementara itu, saat ditanya kunci keberhasilannya dalam menghadapi UN
ditengah kesibukannya itu, anak kedua dari tiga bersaudara ini
mengatakan selain belajar dengan tekun, ia mengaku jika kunci utamanya
adalah rajin melaksanakan salat malam, restu dan doa kedua doa orang tua
yang selalu mengiringi.
Perjalanan Irfan menuju kesuksesan tidaklah mulus. Sempat pada saat
mendekati pelaksanaan ujian, sang nenek jatuh sakit dan harus dibawa ke
rumah sakit. Irfan yang pada saat itu bersiap menghadapi ujian kerap
kali terpaksa meninggalkan jam pelajaran karena harus menemani sang
nenek.
"Tapi saya niati ikhlas agar dapat barokahnya," tuturnya.
Melihat hal itu, sang ibu juga sempat merasa khawatir melihat anaknya
yang ikut sibuk mengurus neneknya yang sedang sakit. Padahal, waktu
ujian semakin dekat. "Ya sempat khawatir nanti bagaimana ujiannya, takut
kalau tidak lulus," kata ibunya saat ditemui di kediamannya di Desa
Lengkong, Kecamatan Balen.
Bahkan, saat pertama kali mendengar anaknya mendapat nilai tertinggi
dari radio, sang ibu begitu terharu dan bangga kepada anaknya tersebut.
"Saya sangat bahagia sampai menangis," ujarnya. Gantunglah cita-citamu
setinggi langit, maka alam akan mendukungmu. Mungkin itu menjadi salah
satu ungkapan dari hati Irfan.
Setelah lulus, ia berharap bisa melanjutkan pendidikannya di Malang.
Rencananya, ia ingin mengambil jurusan kedokteran hewan atau di bidang
pertanian. Dengan kemampuan yang dimiliki, ia berharap bisa melanjutkan
pendidikannya tanpa memberatkan kedua orang tuanya.
Upaya pencarian beasiswa terus ia lakukan untuk menggapai cita-cita
luhurnya. "Saya juga ingin sambil kerja nanti saat kuliah agar tidak
memberatkan orang tua," kata Irfan.
Sementara itu, dari pihak sekolah mengatakan jika Irfan termasuk anak
yang aktif dan kreatif saat di sekolah. Selain itu, tingkat sosialnya
tinggi dan mudah bergaul. Sehingga, diakui Kepala MAI Balen, Ali Muhtadi
jika Irfan punya banyak teman.
"Saya tidak menyangka jika Irfan yang mendapat nilai tertinggi.
Rata-rata ia mendapat ranking 3 dikelasnya," ujar Kepala MAI, Ali
Muhtadi. [ana/yud]
Reporter: Riska Irdiyana (blogBojonegoro)
Copyright : http://blokbojonegoro.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar