Sosial Media

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail
Selamat Datang Di GENIUS ZONE

Selasa, 20 Mei 2014

JATIM TAK MASUK PERINGKAT 25 NASIONAL AKIBAT "KEBOCORAN LAMONGAN"

 JATIM TAK MASUK PERINGKAT 25 NASIONAL AKIBAT 

"KEBOCORAN LAMONGAN"

SURYA Online, SURABAYA – Ada yang beda dalam pengumuman hasil ujian nasional di Jatim tahun 2014 ini. Biasanya Dinas Pendidikan Jatim menyambut euforia hasilnya dengan membeber tingkat kelulusan di masing-masing kabupaten/kota lengkap dengan daftar siswa peraih nilai ujian nasional tertinggi. Tahun ini, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Harun hanya menyampaikan tentang data kelulusan di semua jenjang pendidikan mulai SMA, MA, dan SMK. Harun juga enggan membeber peringkat sekolah dengan nilai rata-rata dan nilai terbaik se-Jatim.

Padahal tingkat kelulusan di Jatim menduduki nomor empat nasional dengan 99,01 persen. Hanya selisih 0,01 persen dari Jawa Tengah di peringkat ketiga, selisih 0,05 persen dengan DI Jogjakarta di peringkat kedua dan selisih 0,06 persen dengan Jawa Barat di peringkat pertama.

Hal ini memunculkan dugaan adanya keterkaitan dengan kebocoran soal yang terjadi di Lamongan yang kini ditangani Polrestabes Surabaya. “Sampean tahu sendiri dua tahun terakhir ini Lamongan selalu juaranya. Lha, kemungkinan tahun ini juga masih juara, tapi kemarin kan terungkap kecurangannya. Jadi lebih baik tidak dibeber peringkat terbaiknya,”kata salah satu guru Surabaya, Senin (19/5/2014).

Setali tiga uang, langkah Harun ini diikuti Dinas Pendidikan Surabaya. Hingga kemarin, Dindik Surabaya juga tidak membeber peringkat sekolah dengan rerata terbaik maupun peringkat siswa dengan nilai unas tertinggi. Padahal sudah menjadi kebiasaan setiap tahun, hal itu selalu disampaikan ke media.

Saat penyerahan surat keputusan hasil ujian nasional (SKHUN) di SMKN 6 Surabaya, masing-masing sekolah hanya disodori daftar siswa yang lulus maupun tidak lulus berikut nilainya, tanpa ada peringkatnya.

Sejumlah kepala sekolah yang ingin mengetahui peringkat siswanya, hanya bertanya ke kasek lain untuk membandingkan.

”Nilai tertinggi siswa saya jurusan IPA 53,35 atas nama Sabrina Husen. Sedangkan IPS 53,20 atas nama Dandy Prasetyo Adi. Gak tahu apakah ini tertinggi atau tidak karena kami tidak mendapat peringkatnya,”sebut Yohanes Mardijono, Kepala SMAN 1 Surabaya.

Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Iksan, saat dikonfirmasi tentang tidak adanya peringkat siswa terbaik beralasan masih melakukan verifikasi. Menurutnya, butuh waktu cukup lama untuk memverifikasi data setiap sekolah karena pihaknya tidak mendapat softcopy nilai dari dindik jatim. ”Saat ini saja verifikasi masih di SMKN 16 Surabaya. Mungkin baru besok selesai,”kata Iksan tanpa mau menjanjikan data peringkat siswa terbaik hari ini.

Saat ditanya apakah hal itu terkait kasus di Lamongan, Iksan hanya berseloroh. ”Kan ada ayatnya di Al Quran, tidak boleh membuka aib saudaranya. Itu sama halnya dengan memakan bangkainya sendiri,”katanya tanpa mau berkomentar lebih lanjut.

Kepala Dinas Pendidikan Jatim Harun membantah sengaja menutup rapat data kelulusan di masing-masing kabupaten/kota. Dia hanya meneruskan keputusan Kemendikbud untuk menyerahkan data kelulusan itu ke masing-masing kabupaten/kota.

”Memang berbeda dengan tahun lalu yang ada daftar peringkatnya. Sekarang nilai akhir sekolah yang tahu ya masing-masing sekolah,”katanya.

Menurut Harun, data yang diterima dari kemendikbud hanya sebatas tentang tingkat kelulusan di Jatim yang mencapai 99,01 persen untuk tingkat SMA/SMK serta 99,967 persen untuk SMK dengan nilai rata-rata 7,63 untuk SMA, 7,36 untuk SMK dan 7,94 untuk kejar paket C.

Apakah nilai rerata ini masuk  terbaik nasional seperti tahun lalu, Harun juga tidak bisa memastikan. ”Yang saya tahu, nilai rerata kami cukup bagus. Tetapi nomor berapa nasional saya tidak tahu,”katanya.

Saat disinggung tidak ada satu pun siswa Jatim yang masuk jajaran 25 peraih nilai terbaik nasional,
Harun mengatakan nilai terbaik siswa tidak mengindikasikan kesuksesan pendidikan di wilayah. Justru yang lebih penting adalah nilai rerata terbaik karena itu menandakan pemerataan pendidikan.

Apakah itu juga tidak terkait dengan kasus di Lamongan? Harun lagi-lagi membantah. ”Ya mungkin siswa daerah lain lebih bagus. Kalau mau mencocokkan silahkan lihat nilai siswa Lamongan apakah lebih baik dari nilai 25 besar itu,”katanya.

Sesuai data  dari Kemendikbud, tak ada satu pun siswa Jatim yang masuk 25 nilai terbaik nasional. Nilai terbaik IPA diraih Ryan Aditya Moniaga dari SMA Kanisius, Jakarta dengan nilai 58,05. Kemudian kelompok IPS diraih Nur Afifah Widyaningrum dari SMAN 1 Jogjakarta dengan nilai 55,85.

Meski demikian, tingkat kelulusan Jatim masuk dalam peringkat empat dengan 99,01 persen. Sejumlah sekolah di Jatim juga mendapat apresiasi positif karena nilai ujian nasionalnya ternyata lebih tinggi dari nilai sekolah. Sekolah tersebut adalah SMA Wachid Hasyim, MA Attaufiqiyah serta SMA Hidayatun Najah.

Sekolah-sekolah ini dinilai jujur karena biasanya sekolah berlomba mendongkrak nilai sekolahnya demi mendapat nilai akhir yang tinggi. Tetapi sekolah ini malah menurunkan nilai sekolahnya dan malah nilai unasnya lebih tinggi.

Staf Khusus Kemendikbud Sukemi juga membantah sengaja tidak memasukkan siswa Jatim dalam daftar 25 terbaik nasional karena adanya kebocoran di Lamongan. ”Faktanya seperti itu, memang tidak ada yang masuk,”tegasnya.
SURYA Online, SURABAYA – Ada yang beda dalam pengumuman hasil ujian nasional di Jatim tahun 2014 ini. Biasanya Dinas Pendidikan Jatim menyambut euforia hasilnya dengan membeber tingkat kelulusan di masing-masing kabupaten/kota lengkap dengan daftar siswa peraih nilai ujian nasional tertinggi. Tahun ini, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Harun hanya menyampaikan tentang data kelulusan di semua jenjang pendidikan mulai SMA, MA, dan SMK. Harun juga enggan membeber peringkat sekolah dengan nilai rata-rata dan nilai terbaik se-Jatim.

Padahal tingkat kelulusan di Jatim menduduki nomor empat nasional dengan 99,01 persen. Hanya selisih 0,01 persen dari Jawa Tengah di peringkat ketiga, selisih 0,05 persen dengan DI Jogjakarta di peringkat kedua dan selisih 0,06 persen dengan Jawa Barat di peringkat pertama.

Hal ini memunculkan dugaan adanya keterkaitan dengan kebocoran soal yang terjadi di Lamongan yang kini ditangani Polrestabes Surabaya. “Sampean tahu sendiri dua tahun terakhir ini Lamongan selalu juaranya. Lha, kemungkinan tahun ini juga masih juara, tapi kemarin kan terungkap kecurangannya. Jadi lebih baik tidak dibeber peringkat terbaiknya,”kata salah satu guru Surabaya, Senin (19/5/2014).

Setali tiga uang, langkah Harun ini diikuti Dinas Pendidikan Surabaya. Hingga kemarin, Dindik Surabaya juga tidak membeber peringkat sekolah dengan rerata terbaik maupun peringkat siswa dengan nilai unas tertinggi. Padahal sudah menjadi kebiasaan setiap tahun, hal itu selalu disampaikan ke media.

Saat penyerahan surat keputusan hasil ujian nasional (SKHUN) di SMKN 6 Surabaya, masing-masing sekolah hanya disodori daftar siswa yang lulus maupun tidak lulus berikut nilainya, tanpa ada peringkatnya.

Sejumlah kepala sekolah yang ingin mengetahui peringkat siswanya, hanya bertanya ke kasek lain untuk membandingkan.

”Nilai tertinggi siswa saya jurusan IPA 53,35 atas nama Sabrina Husen. Sedangkan IPS 53,20 atas nama Dandy Prasetyo Adi. Gak tahu apakah ini tertinggi atau tidak karena kami tidak mendapat peringkatnya,”sebut Yohanes Mardijono, Kepala SMAN 1 Surabaya.

Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Iksan, saat dikonfirmasi tentang tidak adanya peringkat siswa terbaik beralasan masih melakukan verifikasi. Menurutnya, butuh waktu cukup lama untuk memverifikasi data setiap sekolah karena pihaknya tidak mendapat softcopy nilai dari dindik jatim. ”Saat ini saja verifikasi masih di SMKN 16 Surabaya. Mungkin baru besok selesai,”kata Iksan tanpa mau menjanjikan data peringkat siswa terbaik hari ini.

Saat ditanya apakah hal itu terkait kasus di Lamongan, Iksan hanya berseloroh. ”Kan ada ayatnya di Al Quran, tidak boleh membuka aib saudaranya. Itu sama halnya dengan memakan bangkainya sendiri,”katanya tanpa mau berkomentar lebih lanjut.

Kepala Dinas Pendidikan Jatim Harun membantah sengaja menutup rapat data kelulusan di masing-masing kabupaten/kota. Dia hanya meneruskan keputusan Kemendikbud untuk menyerahkan data kelulusan itu ke masing-masing kabupaten/kota.

”Memang berbeda dengan tahun lalu yang ada daftar peringkatnya. Sekarang nilai akhir sekolah yang tahu ya masing-masing sekolah,”katanya.

Menurut Harun, data yang diterima dari kemendikbud hanya sebatas tentang tingkat kelulusan di Jatim yang mencapai 99,01 persen untuk tingkat SMA/SMK serta 99,967 persen untuk SMK dengan nilai rata-rata 7,63 untuk SMA, 7,36 untuk SMK dan 7,94 untuk kejar paket C.

Apakah nilai rerata ini masuk  terbaik nasional seperti tahun lalu, Harun juga tidak bisa memastikan. ”Yang saya tahu, nilai rerata kami cukup bagus. Tetapi nomor berapa nasional saya tidak tahu,”katanya.

Saat disinggung tidak ada satu pun siswa Jatim yang masuk jajaran 25 peraih nilai terbaik nasional,
Harun mengatakan nilai terbaik siswa tidak mengindikasikan kesuksesan pendidikan di wilayah. Justru yang lebih penting adalah nilai rerata terbaik karena itu menandakan pemerataan pendidikan.

Apakah itu juga tidak terkait dengan kasus di Lamongan? Harun lagi-lagi membantah. ”Ya mungkin siswa daerah lain lebih bagus. Kalau mau mencocokkan silahkan lihat nilai siswa Lamongan apakah lebih baik dari nilai 25 besar itu,”katanya.

Sesuai data  dari Kemendikbud, tak ada satu pun siswa Jatim yang masuk 25 nilai terbaik nasional. Nilai terbaik IPA diraih Ryan Aditya Moniaga dari SMA Kanisius, Jakarta dengan nilai 58,05. Kemudian kelompok IPS diraih Nur Afifah Widyaningrum dari SMAN 1 Jogjakarta dengan nilai 55,85.

Meski demikian, tingkat kelulusan Jatim masuk dalam peringkat empat dengan 99,01 persen. Sejumlah sekolah di Jatim juga mendapat apresiasi positif karena nilai ujian nasionalnya ternyata lebih tinggi dari nilai sekolah. Sekolah tersebut adalah SMA Wachid Hasyim, MA Attaufiqiyah serta SMA Hidayatun Najah.

Sekolah-sekolah ini dinilai jujur karena biasanya sekolah berlomba mendongkrak nilai sekolahnya demi mendapat nilai akhir yang tinggi. Tetapi sekolah ini malah menurunkan nilai sekolahnya dan malah nilai unasnya lebih tinggi.

Staf Khusus Kemendikbud Sukemi juga membantah sengaja tidak memasukkan siswa Jatim dalam daftar 25 terbaik nasional karena adanya kebocoran di Lamongan. ”Faktanya seperti itu, memang tidak ada yang masuk,”tegasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

alamat

Jl. PUK 119 Kauman Sumberrejo - Bojonegoro

Hot Line

085646758477 / (0353)332 210

Motto

Melayani Untuk Meraih Prestasi